Diane-Gabrielle Tremblay, Université TÉLUQ
Co-working space atau ruang kerja bersama telah menjamur di semua kota utama dunia selama 15 tahun terakhir. Tapi apa yang membuatnya populer? Mengapa dan kapan tempat kerja jenis ini muncul? Siapa anggotanya?
Teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan robot telah mempengaruhi pola kerja perusahaan-perusahaan terkemuka. Pada saat yang sama, para pekerja menginginkan lebih banyak otonomi dan fleksibilitas. Banyak yang memilih pekerjaan lepas untuk membebaskan diri dari batasan-batasan organisasi dan menentukan di mana dan kapan mereka bekerja.
Aspirasi pekerja dan perusahaan pun turut berubah secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Banyak yang ingin bekerja dari rumah; ada pula yang ingin bekerja di luar kantor pusat perusahaan tapi masih bersama orang lain.
Sebagai spesialis di bidang sumber daya manusia dan sosiologi kerja, saya dan tim saya telah mengkaji ruang kerja bersama selama tiga tahun terakhir dan menemukan faktor-faktor utama yang membuat tempat tersebut menarik dan berhasil.
Tempat yang netral dan terbuka
Ruang kerja bersama, fab labs (konsep laboratorium yang berfungsi seperti bengkel), dan living labs (konsep ekosistem yang mendorong inovasi terbuka) juga disebut sebagai tempat ketiga, sebuah tempat sosial yang bukan rumah maupun tempat kerja. Sosiolog Amerika Serikat Ray Oldenburg menjabarkan tempat ini sebagai ruang kerja di luar kantor atau tempat kerja lainnya dan juga di luar rumah, atau yang biasanya dikenal sebagai teleworking atau telecommuting.
Tempat ketiga bersifat netral (bukan rumah maupun kantor), terbuka bagi semua, memiliki akses bebas dan tak terbatas (terutama dalam melakukan berbagai kegiatan). Ia seyogyanya memfasilitasi percakapan dan rapat serta menyediakan ruang rapat dan ruangan untuk istirahat, makan siang, dan makan malam.
Idealnya, ruangan ini digunakan secara berkala oleh pengguna-pengguna yang sama.
Ruangan untuk berkolaborasi
Ruang kerja bersama yang pertama dibangun pada 2005 di San Francisco dengan tujuan memudahkan penggunanya mengembangkan kreativitas, inovasi, dan gagasan mereka.
Jumlah ruang kerja bersama saat ini ada lebih dari 14.000. Ada yang sudah tutup tapi juga ada ruang baru yang muncul.
Ruang kerja bersama menawarkan penggunanya untuk berbagi sebuah tempat dengan segala peralatan yang dapat ditemukan di kantor (mesin photo copy, mesin cetak, mesin pemindai). Para pekerja dapat memanfaatkan peralatan tersebut dan membagi pengeluaran terkait sebagai pengganti biaya sewa mingguan atau bulanan.
Kantor dapat berada di area terbuka untuk meningkatkan kemungkinan perjumpaan yang bersifat kebetulan. Hal ini lebih disukai para pekerja lepas, sementara UMKM atau perusahaan rintisan biasanya lebih memilih kantor yang tertutup untuk alasan kerahasiaan. Kedua jenis kantor tadi dapat berada di sebuah ruang kerja bersama, yang membantu mengurangi keterasingan melalui keberadaan dapur atau mesin kopi, di tempat para pekerja berkumpul.
Dengan demikian, ruang kerja bersama telah menjadi solusi inovatif atas keinginan untuk bekerja dari sebuah kantor tanpa perlu merasa kesepian di rumah. Ia juga lebih menarik bagi pekerja lepas yang lebih memilih untuk bekerja di sebuah ruangan terdapat pekerja-pekerja lain.
Membantu perluasan jaringan
Idealnya, sebuah ruang kerja bersama tidak hanya terbatas pada pembagian biaya atau layanan yang ditawarkan. Ia seharusnya juga menjadi tempat untuk berbagi gagasan dan mengembangkan jaringan, dan anggotanya dapat mengembangkan kerja sama profesional.
Beberapa ruang kerja bersama mempertemukan pekerja di bidang-bidang tertentu, dari sektor atau koneksi profesional yang sama. Prinsip ruang kerja bersama adalah menyewakan ruang kerja, dengan tujuan mengurangi biaya, serta mendukung perluasan jaringan dan pertukaran gagasan.
Untuk mengembangkan kolaborasi seperti ini, orang-orang harus menemukan minat yang sama untuk mendukung pertukaran tersebut. Ada ruang kerja bersama yang menekankan kedekatan misi atau bidang (misalnya, diisi oleh semua perusahaan yang bergerak di sektor ekonomi sosial), yang dapat meningkatkan minat anggotanya atau keinginan untuk bekerja sama di antara mereka.
Dengan bekerja bersama di ruangan yang sama, pengguna dapat menemukan solusi bersama untuk mendukung kegiatan berbagi pengetahuan dan dalam menghadapi lingkungan yang semakin bersaing. Meski beberapa pekerja lepas lebih senang bekerja sendiri, mereka masih dapat berjumpa dengan orang lain saat istirahat atau makan siang. Pada saat seperti itu terkadang mereka juga menemukan gagasan dan jaringan melalui kegiatan dan pertukaran tersebut.
Tidak ada strategi yang pasti untuk mendukung interaksi, tapi banyak ruang kerja bersama mempekerjakan fasilitator yang bertugas secara spesifik memastikan penggunanya mengenal satu sama lain dan kemungkinan bekerja bersama-sama dalam suatu proyek.
Penelitian kami menekankan pentingnya keberadaan akses finansial, peralatan, dan tenaga kerja, terutama yang mendukung keaktifan. Ruang kerja bersama yang dibangun tanpa hal-hal tadi lebih kecil kemungkinannya dapat mendukung kegiatan berbagi pengetahuan, kolaborasi, dan bahkan kesinambungan dari ruang kerja bersama itu sendiri.
Kenyataan yang beragam
Ruang kerja bersama tumbuh subur di penjuru dunia, tapi masing-masing menghadapi kenyataan yang berbeda. Tergantung pada kota atau wilayah mana ruang kerja bersama itu berada, jumlah pengguna, pekerja lepas atau UMKM atau perusahaan rintisan pun berbeda, masing-masing dengan tujuan yang berbeda mengapa mereka memutuskan memulai usaha atau bekerja di sana.
Ruang kerja berama dapat digunakan oleh mereka yang menginginkan alamat kerja yang lebih profesional daripada rumah pribadi untuk bertemu klien. Selain itu, ruang kerja bersama biasanya juga memiliki ruang rapat yang besar, yang menawarkan suasana yang lebih formal untuk mengadakan pertemuan.
Baca juga:
Workers in the gig economy feel lonely and powerless
Beberapa penggunan ruang kerja bersama dapat memanfaatkan tempat ini untuk mengurangi biaya, berbagi sumber daya manusia (staf administratif) atau peralatan (mesin cetak, mesin photo copy, ruang rapat) atau untuk alasan kenyamanan dan ketersediaan fasilitas (dapur umum, mesin kopi yang berfungsi, sofa dan kursi yang nyaman).
Takut bersaing
Terkadang sulit untuk berinteraksi dengan kolega yang bekerja di bidang yang sama. Ada yang menganggap mereka sebagai pesaing yang dapat membajak pelanggan. Beberapa ruang kerja bersama menolak calon anggota yang dapat dipandang sebagai pesaing oleh anggota lainnya.
Kolaborasi tidak selalu terjadi di ruang kerja bersama. Meski kolaborasi kerap ditawarkan sebagai nilai jual, belum ada penelitian yang menunjukkan keunggulan ruang kerja bersama dalam mendukung kolaborasi. Hal ini perlu ditinjau lebih lanjut.
Kedekatan fisik tidak bermakna akan berdampak pada kedekatan profesional mengingat beberapa orang lebih senang bekerja sendiri. Misalnya, kami telah mengamati ruang kerja bersama yang ingin mengkhususkan dirinya pada sektor tertentu, seperti sektor budaya atau ekonomi sosial, tapi nyatanya mereka sangat sedikit atau bahkan tidak mendapat anggota yang bergerak di bidang tersebut.
Sekalipun wacana atau tujuan dari masing-masing ruang kerja bersama berbeda, kebanyakan manajer ruang kerja bersama pada akhirnya mengakomodasi semua jenis pekerja. Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa tanpa visi yang inklusif, bisa jadi tidak ada cukup klien yang dapat membuat suatu ruang kerja bersama bertahan, terutama di kota-kota kecil atau di pinggiran perkotaan.
Ruang kerja bersama dapat mendorong kreativitas, inovasi, inisiatif, dan rasa menjadi bagian dari suatu komunitas yang sama, tapi hal ini tidak mutlak.
Pertukaran dan kolaborasi lebih mudah dilakukan bagi sesama pekerja lepas daripada dengan pekerja dalam suatu perusahaan yang sama, yang cenderung berkumpul dengan sesamanya di sebuah ruang kerja bersama. Pertukaran kerap dapat dibantu berkat keberadaan fasilitator.
Dengan demikian, ruang kerja bersama adalah ruang yang beragam dan menciptakan kesempatan untuk berkolaborasi, tapi juga memiliki tantangannya sendiri (laba, kegiatan pertukaran). Apa pun itu, minat akan ruang seperti ini ada di semua kota utama dunia dan juga di banyak kota kecil. Ini jelas merupakan cara bekerja yang baru, yang menawarkan pertukaran, kolaborasi, dan jejaring.
Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Diane-Gabrielle Tremblay, Professeure à l'Université TELUQ, Université du Québec, directrice de l'ARUC sur la gestion des âges et des temps sociaux et de la Chaire de recherche du Canada sur l'économie du savoir, Université TÉLUQ
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
from KONDE https://ift.tt/2TBk1QB Wanita Sehat
No comments:
Post a Comment